
Bagi sebagian kalangan, khususnya penikmat dan seniman musik, istilah Indie mungkin bukan lagi hal baru dan asing. Dalam wacana musik, Indie (singkatan dari Independent) diasosiasikan sebagai band/solois yang menciptakan lagu sendiri dan direkam untuk diproduksi dan didistribusikan dikalangan terbatas (komunitas), atau oleh label rekaman yang belum mapan secara ekonomi, teknologi, distribusi. Fenomena lain dari Indie adalah bahwa ia juga bisa dibaca sebagai sebuah gerakan (underground), dampak dari selektifnya perusahaan rekaman (major label) yang mapan dalam hal produksi dan distribusi, juga kadang intervensi.
Creative Director, Sakaya Organizer, Neni Muhidin, lewat siaran press yang diterima redaksi Kantor Berita Sulteng.com, mengatakan, Empat anak muda dari Bandung yang menamakan band mereka The S.I.G.I.T. (kepanjangan dari The Super Insurgent Group of Intemperance Talent) membuktikan eksistensi mereka melalui jalur indie yang mereka pilih.
Ia mengatakan, dengan personil Rekti (vokal/gitar), Farri (gitar), Adit (bass), dan Acil (drum), The S.I.G.I.T. mencuri perhatian sebagian kalangan pemerhati musik dengan kiprahnya sebagai band rock n’ roll tidak saja bagi komunitas indie di tanah air dengan tampil sebagai bintang tamu dibeberapa event-event besar seperti LA Lights Indie Fest atau Urban Fest (Jakarta), tapi juga di luar negeri.
Neni menambahkan, sepanjang Juni 2007 The S.I.G.I.T. menjalani tur Australia yang diinisiasi oleh Caveman Record, label rakaman di Australia yang merilis dan mendistribusikan album mereka, Visible Idea of Perfection, debut album yang sebelumnya direkam oleh FFWD Record (Bandung). Album yang berisi 13 lagu dengan warna kental rock n’ roll. Beberapa hits The S.I.G.I.T. yang ada di chart atau daftar request radio-radio adalah Horse, Black Amplifier, Clove Doper, atau Soul Sister. Single Do As Your Opinion menjadi salah satu original soundtrack film Catatan Akhir Sekolah. Sebuah majalah musik berpengaruh di Inggris, NME (News Musical Express) pada 2005 memberikan komentarnya atas The S.I.G.I.T. ”Scorching Gonzo Zep Rock”, sebuah isyarat tentang ajakan sejenak melupakan legenda n’ roll Led Zeppelin.
Dikatakannya, medio Maret 2008, The S.I.G.I.T. diundang tampil di SXSW Festival, Austin Texas, Amerika Serikat. Perhelatan besar bagi musisi-musisi pendatang baru sejagat.
Selain sisi musikalitas yang kuat, dengan irama dan pakem suara gitar keruh khas rock n’ roll (vintage) yang menimbulkan suasana lampau, vokal Rekti mengingatkan kita pada Janis Joplin atau Robert Plant. Lirik-lirik The S.I.G.I.T. tak kalah kuatnya. Pesan dengan lirik-lirik yang kontemplatif dan dengan metafora yang berontak. Simak salah satu penggalan lirik dari judul lagu Black Amplifier berikut ini, ”... they dont give you right / they just give you a fight / as you hold to the bright light / shall he send to do might tonight / black amplifier...”
The S.I.G.I.T. adalah fenomena band indie yang bisa dijadikan inspirasi, tidak saja karena karya yang mereka suguhkan tapi juga dalam hal proses kreatif yang mereka jalani untuk tetap eksis dikancah musik tanah air, bahkan dunia. Sebuah band besar telah lahir. Waktu akan menguji mereka nanti.
“Dapatkan album The S.I.G.I.T. Visible Idea of Perfection (FFCUTS/FFWD Record) di toko-toko kaset di kota Palu, atau di NEMU Kedai Kopi, Jln. Tanjung Tururka No. 27, dan informasi lainnya tentang The S.I.G.I.T. dapat dilihat dialamat website www.myspace.com/thesigit,” katanya. (/*)